Kamis, 25 September 2014

Kristal Mineral


TUGAS
DEFINISI KRISTAL MINERAL

DISUSUN OLEH :
DICKY HARYANTO
410014179

SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL (STTNAS) YOGYAKARTA
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI S1
2014



Daftar Isi
BAB I . Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Maksud dan Tujuan
            1.2.1 Maksud
            1.2.2 Tujuan
1.3 Aplikasi di Bidang Geologi
BAB II . Kristal
2.1 Pengertian Kristal
2.2 Kristal
2.3 Daya Ikat Kristal
2.4 Klasifikasi Kristal
2.5 Bentuk-bentuk Kristal
2.6 Proses Pembentukan Kristal
BAB 3 . Mineral
3.1 Pengertian Mineral
3.2 Sifat-sifat Fisik Mineral
3.3 Proses Pembentukan Mineral
BAB 3 . Kesimpulan dan Saran
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Kristalografi dan mineralogi merupakan cabang ilmu yang mempelajari tentang kristal dan mineral-mineral penyusun pembentuknya, serta dasar disiplin ilmu kristalografi. Bidang ini terkait dalam ilmu geologi tentang kimia dan fisika. Secara mendalam pokok bahasan yang dikaji meliputi sifat-sifat geometri Kristal serta fisis kristal.
Secara tersendiri kristalografi diartikan satu cabang ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat di dalam geometri kristal terutama berkaitan dengan permasalahan perkembangan, pertumbuhan, kenampakan luar suatu struktur dalam sifat fisis lainnya. Sedangkan mineralogi merupakan ilmu yang secara dalam mempelajari tentang sifat-sifat mineral pembentuk batuan yang terdapat di bumi dan manfaat bagi manusia serta dampaknya terhadap sifat tanah.
Mempelajari kristalografi berarti akan membahas tentang bagaimana serta dimana kristal diartikan bidang homogen yang memiliki bidang polyhedral tertentu.Bidang muka yang licin dalam suatu kristal di dalam kristalografi dan mineralogi biasanya bersifat anisotrop dan tembus air.
Sedangkan di dalam mempelajari mineralogi berarti akan membahas mineral dimana merupakan benda padat homogen yang ada di alam dengan komposisi kimia tertentu,mempunyai atom yang teratur dan biasanya terbentuk secara alami.
Proses terbentuknya kristal dan mineral alam merupakan akibat dari proses geologi, yaitu :
a.      Endogenik, merupakan proses kristal yang dibentuk pengkristalan magma.
b.     Eksogenik, merupakan proses pengkristalan yang dipengaruhi oleh gaya-gaya dari luar.
c.      Tektonik lempeng, dimana proses ini adalah dasar dari penyatuan jalur magnetik dengan sumbu zona pelapukan.Berdasarkan perbandingan panjang yang berada pada sumbu-sumbukristalografi, letak maupun maupun posisi sumbu, jumlah dan nilai sumbuvertikal atau nilai di sumbu c, maka kristal digolongkan menjadi 7 sistemkristal, yaitu :
a.      Sistem Isometric
b.     Sistem Tetragonal
c.      Sistem Hexagonal
d.     Sistem Trigonal
e.      Sistem Orthorombic
f.       Sistem Triclinic
g.      Sistem Monoclin

1.2 Maksud dan Tujuan
1.2.1 Maksud                                                                                                
Dalam studi Geologi, setelah mempelajari ilmu-ilmu tentang kristal, tahap selanjutnya adalah mempalajari ilmu tentang mineral atau Mineralogi. Kristalografi sendiri terkait dalam satu rangkaian dengan berbagai macam contoh dalam pembelajarannya. Terkait dengan kristal adalah komponen dasar dalam Geologi karena kristal adalah adalah suatu padatan yang atom, molekul,atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Dan dengan menjalani studi Kristalogrfi, dimaksudkan agar kita dapat mengenal, mengetahui dan juga menguasai Kristalografi yang menjadi salah satu dasar terpenting dalam Geologi.
Dengan bekal ilmu tentang kristal yang akan diperoleh, Kristalografi adalah salah satu aplikasi dari ilmu tersebut. Dan pada akhirnya, dengan menguasai Kristalografi dan Mineralogi nantinya, akan dapat lebih mudah dalam mempelajari ilmu Geologi pada tahap selanjutnya.

1.2.2 Tujuan                                                                                                
Dalam kegiatan mempelajari dan melakukan praktikum Kristalografi, kita di tuntut untuk dapat :
1)     Mengaplikasikan ilmu tentang Kristal dan mineral.
2)     Mengetahui defenisi dari kristal dan mineral itu sendiri.
3)     Mengetahui sifat-sifat fisik dari Kristal dan mineral.

1.3 Aplikasi di Bidang Geologi
Pada bidang Geologi, mempelajari kristalografi sangatlah penting.Karena untuk mempelajari ilmu Geologi, kita tentunya juga harus mengetahui komposisi dasar dari Bumi ini, yaitu batuan. Dan batuan sendiri terbentuk dari susunan mineral-mineral yang tebentuk oleh proses alam. Dan pada bagian sebelumnya telah dijelaskan tentang pengertian mineral yang dibentuk kristal-kristal.
Dengan mempelajari kristalografi, kita juga dapat mengetahui berbagai macam bahan-bahan dasar pembentuk Bumi ini, dari yang ada disekitar kita hingga jauh didasar Bumi.
Ilmu kristalografi juga dapat digunakan untuk mempelajari sifat-sifat berbagai macam mineral yang paling dicari oleh manusia.Dengan alasan untuk digunakan sebagai perhiasan karena nilai estetikanya maupun nilai guna dari mineral itu sendiri.Jadi, pada dasarnya, kristalografi digunakan sebagai dasar untuk mempelajari ilmu Geologi itu sendiri. Dengan alasan utama kristal adalah sebagai pembentuk Bumi yang akan dipelajari.
















BAB II
KRISTAL

2.1  Pengertian Kristal
            Kristal adalah suatu padatan yang atom, molekul, atau ion penyusunnya terkemas secara teratur dan polanya berulang melebar secara tiga dimensi. Secara umum, zat cair membentuk kristal ketika mengalami proses pemadatan. Pada kondisi ideal, hasilnya bisa berupa kristal tunggal, yang semua atom-atom dalam padatannya "terpasang" pada kisi atau struktur kristal yang sama, tapi, secara umum, kebanyakan kristal terbentuk secara simultan sehingga menghasilkan padatan polikristalin. Misalnya, kebanyakan logam yang kita temui sehari-hari merupakan polikristal. Struktur kristal mana yang akan terbentuk dari suatu cairan tergantung pada kimia cairannya sendiri, kondisi ketika terjadi pemadatan, dan tekanan ambien. Proses terbentuknya struktur kristalin dikenal sebagai kristalisasi.
Meski proses pendinginan sering menghasilkan bahan kristalin, dalam keadaan tertentu cairannya bisa membeku dalam bentuk non-kristalin. Dalam banyak kasus, ini terjadi karena pendinginan yang terlalu cepat sehingga atom-atomnya tidak dapat mencapai lokasi kisinya. Suatu bahan non-kristalin biasa disebut bahan amorf atau seperti gelas. Terkadang bahan seperti ini juga disebut sebagai padatan amorf, meskipun ada perbedaan jelas antara padatan dan gelas. Proses pembentukan gelas tidak melepaskan kalor lebur jenis (Bahasa Inggris: latent heat of fusion). Karena alasan ini banyak ilmuwan yang menganggap bahan gelas sebagai cairan, bukan padatan. Topik ini kontroversial, silakan lihat gelas untuk pembahasan lebih lanjut.
Struktur kristal terjadi pada semua kelas material, dengan semua jenis ikatan kimia. Hampir semua ikatan logam ada pada keadaan polikristalin; logam amorf atau kristal tunggal harus diproduksi secara sintetis, dengan kesulitan besar. Kristal ikatan ion dapat terbentuk saat pemadatan garam, baik dari lelehan cairan maupun kondensasi larutan. Kristal ikatan kovalen juga sangat umum. Contohnya adalah intan, silika dan grafit. Material polimer umumnya akan membentuk bagian-bagian kristalin, namun panjang molekul-molekulnya biasanya mencegah pengkristalan menyeluruh. Gaya Van der Waals lemah juga dapat berperan dalam struktur kristal. Contohnya, jenis ikatan inilah yang menyatukan lapisan-lapisan berpola heksagonal pada grafit.
Kebanyakan material kristalin memiliki berbagai jenis cacat kristalografis. Jenis dan struktur cacat-cacat tersebut dapat berefek besar pada sifat-sifat material tersebut.
Meskipun istilah "kristal" memiliki makna yang sudah ditentukan dalam ilmu material dan fisika zat padat, dalam kehidupan sehari-hari "kristal" merujuk pada benda padat yang menunjukkan bentuk geometri tertentu, dan kerap kali sedap di mata. Berbagai bentuk kristal tersebut dapat ditemukan di alam. Bentuk-bentuk kristal ini bergantung pada jenis ikatan molekuler antara atom-atom untuk menentukan strukturnya, dan juga keadaan terciptanya kristal tersebut. Bunga salju, intan, dan garam dapur adalah contoh-contoh kristal.
Beberapa material kristalin mungkin menunjukkan sifat-sifat elektrik khas, seperti efek feroelektrik atau efek piezoelektrik. Kelakuan cahaya dalam kristal dijelaskan dalam optika kristal. Dalam struktur dielektrik periodik serangkaian sifat-sifat optis unik dapat ditemukan seperti yang dijelaskan dalam kristal fotonik. Kristalografi adalah studi ilmiah kristal dan pembentukannya.
         Kristalografi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat-sifat geometri dari kristal terutama perkembangan, pertumbuhan, kenampakan bentuk luar, struktur dalam (internal) dan sifat-sifat fisis lainnya.
a)        Sifat Geometri, memberikan pengertian letak, panjang dan jumlah sumbu kristal yang menyusun suatu bentuk kristal tertentu dan jumlah serta bentuk luar yang membatasinya.
b)        Perkembangan dan pertumbuhan kenampakkan luar, bahwa disamping  mempelajari bentuk-bentuk dasar yaitu suatu bidang pada situasi permukaan, juga mempelajari kombinasi antara satu bentuk kristal dengan bentuk kristal lainnya yang masih dalam satu sistem kristalografi, ataupun dalam arti kembaran dari kristal yang terbentuk kemudian.
c)        Struktur dalam, membicarakan susunan dan jumlah sumbu-sumbu kristal juga menghitung parameter dan parameter rasio.
d)       Sifat fisis kristal, sangat tergantung pada struktur (susunan atom-atomnya). Besar kecilnya kristal tidak mempengaruhi, yang penting bentuk dibatasi oleh bidang-bidang kristal: sehingga akan dikenal 2  zat yaitu kristalin dan non kristalin.
            Suatu kristal dapat didefinisikan sebagai padatan yang secara esensial mempunyai pola difraksi tertentu (Senechal, 1995 dalam Hibbard,2002). Jadi, suatu kristal adalah suatu padatan dengan susunan atom yang berulang secara tiga dimensional yang dapat mendifraksi sinar X. Kristal secara sederhana dapat didefinisikan sebagai zat padat yang mempunyai susunan atom atau molekul yang teratur. Keteraturannya tercermin dalam permukaan kristal yang berupa bidang-bidang datar dan rata yang mengikuti pola-pola tertentu. Bidang-bidang datar ini disebut sebagai bidang muka kristal. Sudut antara bidang-bidang muka kristal yang saling berpotongan besarnya selalu tetap pada suatu kristal. Bidang muka kristal itu baik letak maupun arahnya ditentukan oleh perpotongannya dengan sumbu-sumbu kristal. Dalam sebuah kristal, sumbu kristal berupa garis bayangan yang lurus yang menembus kristal melalui pusat kristal. Sumbu kristal tersebut mempunyai satuan panjang yang disebut sebagai parameter.

2.1Kristal
             Kristal merupakan susunan kimia antara dua atom akan terbentuk bilamana terjadi penurunan suatu energi potensial dari sistem ion atau  molekul yang akan dihasilkan dengan penyusunan ulang elektron pada tingkat yang lebih rendah. Kristalografi dapat diartikan sebagai cabang dari ilmu geologi, kimia, fisika yang mempelajari bentuk luar kristal serta cara penggambarannya.
            Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, beberapa sifat-sifat mineral / kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan meruang dari atom-atom penyusun dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal / mineral.
Komposisi kimia kerak bumi :
a. Kerak
b. Mantel, dan
c. Isi bumi

            Ketebalan kerak bumi di bawah kerak benua sekitar 36 km dan di bawah kerak samudra berkisar antara 10 sampai 13 km. Batas antara kerak dengan mantel dikenal dengan Mohorovicic discontinuity. Kimia kristal Sejak penemuan sinar X, penyelidikan kristalografi sinar X telah mengembangkan pengertian kita tentang hubungan antara kimia dan struktur. Tujuannya adalah:
1.        Untuk mengetahui hubungan antara susunan atom dan komposisi kimia dari suatu jenis kristal.
2.        Dalam bidang geokimia tujuan mempelajari kimia kristal adalah untuk memprediksi struktur kristal dari komposisi kimia dengan diberikan temperatur dan tekanan.
Perubahan energi yang dihasilkan oleh ikatan kimia yang terbentuk oleh dua macam ikatan yaitu ikatan elektrovalen dan ikatan kovalen.
a.         Isomorfisme
       Isomorfisme adalah suatu substansi yang mempunyai rumus analog serta keamanan dari pada kristalografi dalam merefleksikan struktur dari dalamnya.
b.        Polimorfisme
Polimorfisme adalah kemampuan unsur atom untuk membentuk lebih satu macam kristal. perbedaan dari sifat fisik kristal akan membentuk substansi polimerfic sebagai morfic, trimorficdan seharusnya. Polimorfisme menunjukan bahwa struktur kristal tidak hanya ditentukan oleh unsur kimia saja akan tetapi dapat disebabkan juga oleh unsur dari susunan atom yang dibangaun kristal.
1.    Enantriotrop yaitu suatu proses timbal balik
2.    Monotropisme yaitu merupakan suatu proses yang tidak timbal balik
Contoh : Markasit menjadi pyrite
c.         Pseudomorfisme
Mineral dapat mengalami perubahan mineral lain tanpa merubah ikatan kimianya proses ini dikenal sebagai proses pseudomorfisme.
Pseudomorfisme ini terbagi menjadi dua yaitu :
1.      Tidak terjadi perubahan unsur kimianya, akan tetapi terjadi perubahan sistem dari pada kristalografinya.
2.      Unsur lama diganti unsur baru.
Pseudomorfisme disebabkan mineral lama tidak stabil dalam lingkungan yang baru.

2.3  Daya Ikat dalam Kristal
            Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristalin adalah bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengansifat-sifat fisik dan kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas termal, dan koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.
       Secara umum, ikatan kuat memiliki kekerasan yang lebih tinggi, titik leleh yang lebih tinggi dan koefisien ekspansi termal yang lebih rendah. Ikatan kimia dari suatu kristal dapat dibagi menjadi 4 macam, yaitu: ionik, kovalen, logam dan van der Waals.
            Kristal  adalah bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air serta menuruti hukum-hukum ilmu pasti, sehingga susunan bidang­-bidangnya mengikuti hukum geometri, jumlah dan kedudukan dan bidangnya tertentu dan teratur.
Bahan padat homogen, biasanya anisotropy dan tembus air, mengandung pengertian:
a)        Tidak termasuk didalamnya cair dan gas
b)        Tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain yang lebih sederhana oleh proses   proses fisika.
Menuruti hukum-hukum ilmu pasti sehingga susunan bidangnya mengikuti - hukum geometri, mengandung pengertian :
a.    Jumlah bidang dari suatu bentuk kristal tetap
b.    Macam bentuk dari bidang kristal tetap
c.    Sifat keteraturannya tercermin pada bentuk luar  dari kristal yang tetap.

2.4  Klasifikasi kristal
            Dari tujuh sistem kristal dapat dikelompokan menjadi 32 klas kristal. Pengelompokan ini berdasarkan pada jumlah unsur simetri yang dimiliki oleh kristal tersebut. Sistem isometrik terdiri dari lima kelas, sistem tetragonal mempunyai tujuh kelas, rombis memiliki tiga kelas, heksagonal mempunyai tujuh kelas dan trigonal lima kelas. Selanjutnya sistem monoklin mempunyai tiga kelas. Tiap kelas kristal mempunyai singkatan yang disebut simbol. Ada dua macam cara simbolisasi yang sering digunakan, yaitu simbolisasi Schoenfies dan Herman Mauguin (simbolisasi internasional).

2.5       Bentuk – bentuk kristal
Bentuk Tunggal
Kristal yang dibatasi oleh bidang-bidang datar. Bidang-bidang kristal dengan bentuk dan ukuran yang soma. Sering disebut sebagai bentuk dasar.
Contoh:
-     4 bidang kristal → Tetrahedron (111)
-     6 bidang kristal → Hexahedron (100)
-     8 bidang kristal → Oktahedron (111)
-     12 bidang kristal → Tetrahedron (110)
      

            Bentuk Kombinasi
     Bentuk-bentuk kristal yang terjadi dari penggabungan dua atau lebih bentuk tunggal yang tidak sama, sehingga pada bentuk tersebut didapatkan dup atau lebih simbol bidang yang dipakai sebagai simbol bentuk. Bentuk ini hanya terjadi pada sistem kristal yang sama.
Contoh :
-    Kombinasi hexahedron (100) + Octahedron (111)
-    Kombinasi Rhomben dodecahedron (110) + Tetrakishexahedron (210)

Bentuk Pertumbuhan
       Pertumbuhan secara teratur antara dua atau lebih bentuk kristal tunggal atau kombinasi dari bentuk yang sama, sehingga akan didapatkan unsur-unsur simetri persekutuan yang sama.
       Tetapi apabila kumpulan dari bentuk-bentuk tersebut kedudukannya tidak beraturan maka kumpulan bentuk kristal tersebut disebut kelompok atau kumpulan kristal (Crystal Aggregate).
Contoh :
-     Tetrakishexahedron (210)
-     Triakisoktahedron (211)

2.6 Proses Pembentukan Kristal
Pada kristal ada beberapa proses atau tahapan dalam pembentukan kristal. Proses yang di alami oleh suatu kristal akan mempengaruhi sifat-sifat dari kristal tersebut. Proses ini juga bergantung pada bahan dasar serta kondisi lingkungan tempat dimana kristal tersebut terbentuk.
Berikut ini adalah fase-fase pembentukan kristal yang umumnya terjadi pada pembentukan kristal :
  • Fase cair ke padat : kristalisasi suatu lelehan atau cairan sering terjadi pada skala luas dibawah kondisi alam maupun industri. Pada fase ini cairan atau lelehan dasar pembentuk kristal akan membeku atau memadat dan membentuk kristal. Biasanya dipengaruhi oleh perubahan suhu lingkungan.
  • Fase gas ke padat (sublimasi) : kristal dibentuk langsung dari uap tanpa melalui fase cair. Bentuk kristal biasanya berukuran kecil dan kadang-kadang berbentuk rangka (skeletal form). Pada fase ini, kristal yang terbentuk adalah hasil sublimasi gas-gas yang memadat karena perubahan lingkungan. Umumnya gas-gas tersebut adalah hasil dari aktifitas vulkanis atau dari gunung api dan membeku karena perubahan temperature.
  • Fase padat ke padat : proses ini dapat terjadi pada agregat kristal dibawah pengaruh tekanan dan temperatur (deformasi). Yang berubah adalah struktur kristalnya, sedangkan susunan unsur kimia tetap (rekristalisasi). Fase ini hanya mengubah kristal yang sudah terbentuk sebelumnya karena terkena tekanan dan temperatur yang berubah secara signifikan. Sehingga kristal tersebut akan berubah bentuk dan unsur-unsur fisiknya. Namun, komposisi dan unsur kimianya tidak berubah karena tidak adanya faktor lain yang terlibat kecuali tekanan dan temperatur.






















BAB III
MINERAL

3.1   Pengertian Mineral

            Mineralogi adalah salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari mengenai mineral, baik dalam bentuk individu maupun dalam bentuk kesatuan,  antara lain mempelajari sifat-sifat fisik dan kimia, cara terdapatnya, cara terjadinya dan kegunaannya.
            Mineralogi terdiri dan kata mineral dan logos, dimana mengenai arti mineral mempunyai pengertian berlainan dan bahkan di kacaukan di kalangan awam. Wing diartikan sebagai bahan bukan ormanik (anorganik).
Maka pengertian yang jelas dan batas mineral oleh beberapa ahli geologi perlu diketahui walaupun dan kenyataannya tidak ada satupun persesuaian umum untuk definisinya.


      Gambar  2.1 Beberapa contoh mineral
Definisi mineral menurut beberapa ahli :
1.        L. G. Berry dan B. Mason, 1959
       Mineral adalah suatu benda padat homogen yang terdapat didalam terbentuk secara anorganik, mempunyai komposisi kimia pada batas-batas tertentu dan mempunyai atom-atom yang tersusun secara teratur.
2.        D.G.A. Whitten dan J.R.V. Brooks, 1972
       Mineral adalah suatu bahan padat yang secara struktural homogen mempunyai komposisi kimia tertentu, dibentuk oleh proses alam yang anorganik.
3.        A.W.R. Potter dan H. Robinson, 1977
       Mineral adalah suatu zat atau bahan yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu dalam batas-batas tertentu dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk dialam dan bukan hasil dari suatu kehidupan.
Definisi mineral komplikasi :
     Mineral adalah suatu bahan alam yang mempunyai sifat-sifat fisik dan kimia tetap dapat berupa unsur tunggal atau persenyawaan kimia yang tetap, pada umumnya anorganik, homogen, dapat berupa padat, cair dan gas.
Batasan-batasan definisi mineral :
1.   Suatu bahan alam
            Harus terjadi secara alamiah. Maka bahan atau zat yang dibuat oleh tenaga manusia atau di laboratorium tidak dapat disebut sebagai mineral. Walaupun kadang-kadang pembuatan suatu zat atau bahan di laboratorium akan mempunyai suatu bentuk kristal yang sangat sesuai bahkan sangat sulit dibedakan dengan kristal di alam, tetapi pembuatan zat tersebut tidak dapat disebut sebagai mineral.
NaCI dibuat dialam disebut mineral Halite Dibuat di laboratorium disebut Natrium Chlorida.
2.   Mempunyai sifat fisis dan kimia yang tetap :
a)      Mineral mempunyai sifat fisis yaitu warna, kekerasan, kilap, perawakan kristal, gores, belahan.
b)      Mineral mempunyai sifat kimiawi yang tetap diantaranya reaksi terhadap api oksidasi, api reduksi, pelentingan, pengarangan.
3.   Berupa unsur tunggal atau persenyawaan yang tetap :
a)      Mineral merupakan unsur tunggal, misalnya Diamond (C), Graphyte (C) Native Silver (Ag).
b)      Mineral berupa senyawa kimia sederhana, misalnya Bait (BaSOa), Zircon (ZrSi04), Cassiterite (Sn02), Magnetite (FesOa).
c)      Mineral dapat berupa senyawa kimia yang komplek, misalnya : Epistalite (NaCa) (CbTiMgFeMn) SiO4 (OH), Polymignyte (CaFeYZrTh) (CbTiTa)O4.
4.   Pada umumnya anorganik, batasan ini mengandung pengertian arti mineral yang lebih luas:
-          Mineral umum bukan sebagai suatu kehidupan tetapi ada beberapa mineral yang merupakan hasil kehidupan atau disebut juga mineral organik.
            Contoh : Amber, Coal, Asphalt, Mallite.
5.   Homogen : mengandung batasan bahwa suatu mineral tidak dapat diuraikan menjadi senyawa lain  yang lebih sederhana oleh proses fisika.
6.   Dapat berupa padat, cair dan gas.
      -     Berupa zat padat : Quartz (Si02), Barite (BaS04).
      -     Berupa zat cair : Air raksa (HgS), Air (H2O).
Dalam buku “Minerals and Mining in Indanesia” compiled Soetarjo Sigit, M. M. Purbo Hadiwidjojo, Bambang Sularsmoro, Suharsono Wirjosudjono, 1969, ditulis bahwa Petrolium (minyak bumi) dikelompokkan dalam Mineral Fuels bersama dengan Naturan Gas, Coal, Natural Steam.

3.2 Sifat-sifat Fisik Mineral
Sifat-sifat fisik dari mineral :
1.      Warna (Colour)
2.      Perawakan kristal (Crystal habit)
3.      Kilap (Luster)
4.      Kekerasan (Hardness)
5.      Gores (Streak)
6.      Belahan (Cleavage)
7.      Pecahan (Fracture)
8.      Daya tahan terhadap pukulan (Tenacity)
9.      Berat jenis (Specific gravity)
10.  Rasa dan bau (Tasteand odour)
11.  Kemagnetan
12.  Derajat ketransparanan
13.  Nama mineral dan rumus kimia

Warna (colour)


Gambar  2.2 Hex dipyramidal


            Bila suatu permukaan mineral dikenal suatu cahaya, maka cahaya yang mengenai permukaan mineral tersebut sebagian akan diserap (arbsorpsi) dan sebagian dipantulkan (refleksi).
Warna penting untuk membedakan antara warna mineral akibat pengotoran dan warna asli yang berasal dari elemen-elemen pada mineral tersebut.
            Warna mineral yang tetap dan tertentu karena elemen-elemen utama pada mineral disebut dengan nama idochromatic.
Misal :
a)      Sulfur warna kuning.
b)      Magnetite Hitam
c)      Pyrite warna kuning loyang

            Warna akibat adanya campuran atau pengotor dengan unsur-unsur lain, sehingga memberikan warna yang berubah-ubah tergantung dari pengotornya, disebut dengan nama allochromatic.
Misal : Halite, warna dapat berubah-ubah.
a.    Abu-abu
b.    Kuning
c.    Coklat gelap
d.   Merah muda
e.    Biru bervariasi
Kwarsa tak berwarna, tetapi karena ada campuran/pengotoran, warna berubah-ubah menjadi :
a.       Merah muda
b.      Coklat – hitam
c.       Violet

                 Kehadiran kelompok ion asing yang dapat memberikan warna tertentu pada mineral disebut dengan nama chromophroses.
                 Misal : ion Cu yang terkena proses hidrasi merupakan chromophroses dalam mineral Cu sekunder, maka akan memberikan warna hijau dan biru.
Faktor yang dapat mempengaruhi warna :
a.       Komposisi kimia
Chlorite      -  Hijau..............Cholor           (greak)
            Albite         -  Putih...............Albus            (latin)
Melanite     -  Hitam.............Melas            (greek)
Erythrite     -  Merah ............Erythrite   (greek) (sel darah merah)
Rhodonite  -  Merah Jambu...Erythrite (greek)
b.      Struktur kristal dan ikatan atom
Intan – tak berwarna – hexagonal
Graphite – hitam – hexagonal
c.       Pengotoran dari mineral
Mineral :     Silica tak berwarna
Jasper – merah
Chalsedon – coklat hitam
Sagate – asap/putih
Perawakan kristal (crystal habit)
         Apabila dalam pertumbuhannya tidak mengalami gangguan apapun, maka mineral akan mempunyai bentuk kristal yang sempurna. Mineral yang dijumpai sering bentuknya tidak berkembang sebagaimana mestinya, sehingga sulit untuk mengelompokkan  mineral kedalam sistem kristalografi.
         Istilah perawakan kristal adalah bentuk khas mineral ditentukan oleh bidang yang membangunnya, termasuk bentuk dan ukuran relatif bidang-bidang tersebut. Perawakan kristal dipakai untuk penentuan jenis mineral walaupun perawakan bukan merupakan ciri tetap mineral.
Contoh : mika selalu menunjukkan perawakan kristal yang mendaun (foilated).
Perawakan kristal dibagi menjadi 3 golongan yaitu :
1.    Elongated habits (meniang/berserabut)
2.    Flattened habits (lembaran tipis)
3.    Rounded habits (membutir)
4.    Elongated Habits
5.    Meniang (Columnar)
Bentuk kristal prismatic yang menyerupai bentuk tiang.
Contoh :
-          Tourmaline
-         Pyrolusite
-         Wollastonite
A. Elongated Habits
1.      Meniang (Columnar) :
 Bentuk kristal prismatic yang menyurupai bentuk tiang.
 Contoh :
a)      Tourmaline
b)      Pyrolusite
c)      Wollastonite
2.       Menyerat (fibrous) :
 Bentuk kristal yang menyerupai serat-serat kecil.
 Contoh :
a)      Asbestos
b)      Gypsum
c)      Silimanite
d)     Tremolite
e)      Pyrophyllite

3.       Menjarum (acicular) :
 Bentuk kristal yang menyerupai jarum-jarum kecil.
 Contoh :
a)      Natrolite
b)      Glaucophane
4.     Menjaring  (Reticulate) :
 Bentuk kristal yang kecil panjang yang tersusun menyerupai jaring.
 Contoh :
a)      Rutile
b)      Cerussite
5.     Membenang (filliform) :
 Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai benang.
 Contoh :   - Silver
6.        Merabut (capillary) :
Bentuk kristal kecil-kecil yang menyerupai rambut.
Contoh :
a)      Cuprite
b)      Bysolite (variasi dari Actionalite)
7.      Mondok (stout, stubby, equant) :
   Bentuk kristal pendek, gemuk sering terdapat pada kristal-kristal dengan sumbu c lebih pendek dan sumbu yang lainnya.
Contoh : -  Zircon
8.      Membintang (stellated) :
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bintang
Contoh:  -  Pirofilit
9.     Menjari (radiated) :
Bentuk-bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk jari-jari.
Contoh :
a)      Markasit
b)      NatroHt
B.  Flattened Habits
1.    Membilah (bladed) :
Bentuk kristal yang panjang dan tipis menyerupai bilah kayu, dengan perbandingan antara lebar dengan tebal sangat jauh.
Contoh :           
a)      Kyanite
b)      Glaucophane
c)      Kalaverit
2.    Memapan (tabular)
Bentuk kristal pipih menyerupai bentuk papan, dimana lebar dengan tebal tidak terlalu jauh.
Contoh:
a)      Barite
b)      Hematite
c)      Hypersthene
3.    Membata (blocky) :
Bentuk kristal tebal menyerupai bentuk bata, dengan perbandingan antara tebal dan lebar hampir sama.
Contoh:  -  Microline
4.    Mendaun (foliated) :
   Bentuk kristal pipih dengan melapis (lamellar) perlapisan yang mudah dikupas / dipisahkan.
Contoh :
a)      Mica
b)      Talc
c)      Chlorite 
5.    Memencar (divergent)
Bentuk kristal yang tersusun menyerupai bentuk kipas terbuka.
Contoh :
a)      Gypsum
b)      Millerite
6.    Membulu (plumose) :
Bentuk kristal yang tersusun membentuk tumpukan bulu.
Contoh : -  Mica
C.  Rounded Habits
1.      Mendada (mamilary):
Bentuk kristal bulat-bulat menyerupai buah dada (breast like).
Contoh :
-         Malachite
-         Opal
-         Hemimorphite
2.      Membulat (colloform):
Bentuk kristal yang menunjukkan permukaan yang bulat-bulat.
Contoh:
-          Glauconite
-          Cobaltite
-          Bismuth
-          Geothite
-          Franklinite
-          Smallite
3.      Membulat jari (colloform radial)
      Membentuk kristal membulat dengan struktur dalam menyerupai bentuk jari.
Contoh :  - Pyrolorphyte
4.      Membutir (granular)
Contoh :         
- Olivine              - Niveolite
- Anhydrite          - Cryollite
- Chromite           - Cordirite
- Sodalite             - Cinabar
- Alunite              - Rhodochrosite
5.      Memisolit (pisolitic)
Kelompok kristal lonjong sebesar kerikil, seperti kacang tanah.
Contoh:    - Opal (variasi Hyalite)
                        - Gibbsite
                        - Pisolitic Limestone

6.      Stalaktif (stalactitic)
 Bentuk kristal yang membulat dengan itologi gamping.
 Contoh :         - Geothite
7.      Mengginjal (reniform) :
 Bentuk kristal menyerupai bentuk ginjal.
 Contoh :         - Hematite

Kilap (luster)
Gambar  2.3  Beberapa contoh kilap dalam mineral
        
         Kilap ditimbulkan oleh cahaya yang dipantulkan dari permukaan sebuah mineral, yang erat hubungannya dengan sifat pemantulan (refleksi) dan pembiasan (refraksi). Intensitas kilap tergantung dari indeks bias dari mineral, yang apabila makin besar indeks bias mineral, makin besar pula jumlah cahaya yang dipantulkan. Nilai ekonomik mineral juga dapat ditentukan dari kilapnya contohnya batubara.
1.           Macam-macam kilap :
a.       Kilap logam (metallic luster) ialah mineral opag yang mempunyai indeks bias sama dengan 3 buah atau lebih. Contoh : galena, native metal.
b.      Kilap sub-metalik (sub metallic luster) ialah mineral yang mempunyai indeks bias antara 2, 6 sampai 3. Contoh : cuprite (n  = 2.85).
c.       Kilap bukan logam (non metallic luster) ialah mineral yang mempunyai warna terang dan dapat membiaskan, dengan indeks bias kurang dari gores dari mineral ini biasanya tak berwarna atau berwarna muda.
2.  Macam-Macam Kilap bukan logam :
a)        Kilap Kaca (Vitreous luster)
       Kilap yang ditimbulkan oteh permukaan kaca atau gelas.
Contoh:           - Quartz   - Carbonates            - Sulphates
                                     - Spinel   - Silicates     - Fluorite
   - Garnet   - Leucite      - Corondum
   - Halite yang segar
b)        Kilap intan (adamantile luster)
   Kilap yang sangat cemerlang yang ditimbulkan oleh intan atau permata.
Contoh : Diamond, Cassiterite, Sulfur, Sphalerite, zircon, Rutile.
1. Kilap Lemak (greasy luster)              
  Contoh : - Nepheline yang sudah teralterasi.
   - Halite yang sudah terkena udara.
2.  Kilap Lilin (waxy luster)
  Merupakan kilap seperti lilin yang khas.
  Contoh : - Serpentine
- Cerargyrenite
            Kilap dengan permukaan yang licin seperti berminyak atau kena lemak, akibat proses oksidasi.
a.       Kilap Sutera (silky luster)
Kilap seperti yang terdapat pada mineral-mineral yang parallel atau berserabut  (parallel fibrous structure).
Contoh:      -       Asbesto
     -   Selenite (Variasi gypsum)
     -   Serpentine
     -   Hematite
b.      Kilap Mutiara (pearly luster)
Kilap yang ditimbulkan oleh mineral transporant yang berbentuk lembaran dan menyerupai mutiara.
Contoh :
-          Talc
-          Mica
-          Gypsum
c.       Kilap Tanah (earthy luster) Kilap buram (dull luster)
Kilap yang ditunjukkan oleh mineral yang porous dan sinar yang masuk tidak dippntulkan kembali.
Contoh :
-          Kaoline
-          Diatoea
-          Montmorilonite
-          Pyrolusite
-          Chalk
-          variasi ochres
         Tidak sulit untuk rnembedakan antara kilap logam dengan kilap bukan logam, perbedaannya jelas sekali. Tetapi dalam membedakdn jenis-jenis kilap bukan logam akan sulit sekali. Padahal perbedaan inilah yang sangat penting dalam diskripsi mineral, karena dapat untuk menentukan jenis suatu mineral tertentu.

Kekerasan (hardness)


Gambar  2.4  Beberapa contoh tingkat kekerasan mineral
            Kekerasan mineral umumnya diartikan sebagai daya tahan mineral terhadap goresan (straching). Penentuan kekerasan relatif mineral ialah dengan jalan menggoreskan permukaan mineral yang rata pada mineral standart dari skala mohs yang sudah diketahui kekerasannya.
Skala kekerasan relatif mineral dari mohs :
1.        Talc               Mg3Si4O10(OH)2
2.        Gypsum        CaSO2 2H2O
3.        Calcite          CaCO3
4.        Fluorite         CaF2
5.        Apatite         Ca5(PO4)3F
6.        Orthoclase    K(AlSi3O8)
7.        Quartz          SiO2
8.        Topaz            Al2SiO4(FOH)2
9.        Corundum    Al2O3
10.    Diamond      C
            Misal suatu mineral digores dengan calsite (H = 3) ternyata mineral itu tidak tergores, tetapi dapat tergores dengan fluorite (H = 4), maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 3 dan 4.
Dapat pula penentuan kekerasan relatif mineral dengan mempergunakan alat sederhana yang terdapat disekitar kita.
Misal :
1.    kuku jari manusia   H = 2,5
2.    kawat tembaga       H = 3
3.    pecahan kaca          H = 5,5
4.    pisau baja                H = 6
5.    kikir baja                 H = 6,5
6.    lempeng baja          H = 7
            Bilamana suatu mineral tidak tergores oleh kuku jari manusia tetapi oleh kawat tembaga, maka mineral tersebut mempunyai kekerasan antara 2,5 dan 3.

Gores (streak)

Gambar  2.5  Beberapa contoh warna goresan permukaan mineral
         
         Gores adalah merupakan warna asli dari mineral apabila mineral tersebut ditumbuk sampai halus. Gores ini dapat lebih dipertanggungjawabkan  stabil dan penting untuk membedakan dua mineral yang warnanya sama tetapi goresnya berbeda.
         Gores ini diperoleh dengan cara menggoreskan mineral pada permukaan keping porselin, tetapi apabila mineral mempunyai kekerasan dari 6, maka dapat dicari dengan cara menumbuk sampai halus menjadi tepung.
1)        Mineral yang warnanya terang biasanya mempunyai gores berwarna putih.
Contoh : Quartz   - putih/ tak berwarna.
2)        Mineral bukan logam dan berwarna gelap akan memberikan gores yang lebih terang dari pada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Luecite   - warna abu-abu dan gores putih.
3)        Mineral yang mempunyai kilap metalik kadang-kadang mempunyai warna gores yang lebih gelap daripada warna mineralnya sendiri.
Contoh : Pyrite     - warna kuning dan gores hitam.
4)        Pada beberapa mineral, warna dan gores sering menunjukkan warna yang sama.
Contoh : Cinnabar  - warna dan gores merah.

Belahan (cleavage)


Gambar  2.6  Contoh belahahan dari  Tetadoidal

          Apabila suatu mineral mendapat tekanan yang melampaui batas elastis dan plastisitasnya, maka pada akhirnya mineral akan pecah. Belahan mineral akan selalu sejajar dengan bidang permukaan kristal yang rata, karena belahan merupakan gambaran dari struktur dalam dari kristal.
          Belahan tersebut akan menghasikan kristal menjadi bagian-bagian kecil, yang setiap bagian kristal dibatasi oleh bidang yang rata. Berdasarkan dari kualitas permukaan bidang belahannya, belahan dapat dibagi menjadi :
1.             Sempurna (perfect) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui arah belahannya yang merupakan bidang yang rata dan sukar pecah selain bidang belahannya.
 Contoh : calcite.
2.             Baik (good) ialah apabila mineral mudah terbelah melalui bidang belahannya yang rata, tetapi dapat juga terbelah memotong atau tidak melalui bidang belahannya.
          Contoh : feldspar.
3.             Jelas (distinct) ialah apabila bidang belahan mineral dapat terlihat jelas, tetapi mineral tersebut sukar membelah melalui bidang belahannya dan tidak rata.
          Contoh : staurolite.
4.             Tidak jelas (indistinct) ialah apabila arah belahan mineral masih terlihat, tetapi kemungkinan untuk membentuk belahan dan pecahan sama besar.
          Contoh : beryl.
5.             Tidak sempurna (imperfect) ialah apabila mineral sudah tidak terlihat arah belahannya, dan mineral akan pecah dengan permukaan yang tidak rata.
          Contoh : apatite.
Pecahan (fracture)
Gambar  2.7  Beberapa contoh bentuk pecahan mineral
           Apabila suatu mineralmendapatkan tekanan yang melampaui batas plastisitas dan elastisitasnya, maka mineral tersebut akan pecah.
1.      Choncoidal ialah pecahan mineral yang menyerupai pecahan botol atau kulit bawang.
     Contoh : quartz.
  1. Hacly ialah pecahan mineral seperti pecahan runcing-runcing tajam, serta kasar tak beraturan atau seperti bergerigi.
     Contoh : copper.
  1. Even ialah pecahan mineral dengan permukaan bidang pecah kecil-kecil dengan ujung pecahan masih mendekati bidang dasar.
     Contoh : muscovite.
  1. Uneven ialah pecahan mineral yang menunjukkan permukaan bidang pecahannya kasar dan tidak teratur.
     Contoh : calcite.
  1. Splintery  ialah pecahan mineral yang hancur seperti tanah.
     Contoh : kaoline.

Daya tahan terhadap pukulan (tenacity)
            Tenacity adalah suatu daya tahan mineral terhadap pemecahan, pembengkakan, penghancuran dan pemotongan.
Macam-macam tenacity :
1.      Brittle ialah apabila mineral mudah hancur menjadi tepung halus.
     Contoh : calcite
2.      Sectile ialah apabila mineral mudah terpotong pisau dengan tidak berkurang menjadi tepung.
     Contoh : gypsum..
3.      Malleable ialah apabila mineral ditempa dengan palu akan menjadi pipih.
     Contoh : gold.
4.      Ductile ialah apabila mineral ditarik dapat bertambah panjang dan apabila dilepaskan maka mineral akan kembali seperti semula.
     Contoh : silver.
5.      Flexible ialah apabila mineral dapat dilengkungkan kemana-mana dengan mudah.
     Contoh : olivine.

Berat jenis (Specific gravity)
            Berat jenis merupakan berat dari suatu zat yang terkandung didalam suatu mineral tersebut. Hal ini dapat dilakukan dengan cara uji sample di laboraturium terhadap mineral tertentu dengan cara mengukur kadar zat yang terkandung di dalam  mineral tersebut. Besarnya ditentukan oleh unsur-unsur pembentuknya serta kepadatan dari ikatan unsur-unsur tersebut dalam susunan kristalnya. Umumnya mineral-mineral pembentuk batuan, ,e,punyai berat jenis sekitar 2,7, meskipun berat jenis rata-rata unsur metal didalamnya berkisar antara 5. Emas murni umpamanya, mempunyai berat jenis 19,3 dalam skala MOHS.


Gambar 2.8 Mineral Emas (Au)

Kemagnetan
            Kemagnetan ini merupakan salah satu sifat yang dapat kita temui dalam beberapa,jenis mineral. Sifat kemagnetan ini terdiri dari tiga jenis, yaitu :
1.        Paragmagnetik
Apabila didalam tubuh mineral terkandung sebagian sifat kemagnetan (tidak menyeluruh).
Contoh : Limonit (FeOz).
2.    Diagmagnetik
Apabila didalam tubuh suatu mineral sama sekali tidak terkandung sifat kemagnetan.
Contoh : Batubara (C).
3.    Magnetik
Apabila seluruh bagian dari tubuh mineral mengandung sifat kemagnetan.
Contoh : Hematite (Fez 03).

Derajat ketransparanan
Merupakan salah satu parameter atau acuan untuk menentukan apakah mineral-mineral yang diamati memiliki unsur kristal didalamnya.

Derajat ketransparanan terdiri dari beberapa macam,diantaranya :
1)             Opaque
Suatu mineral dikatakan opaque apabila mineral tersebut tidak memiliki system kristal,sehingga nampak gelap (tidak tembus pandang),
2)             Gelas
Suatu mineral dikatakan gelas apabila mineral tersebut mempunyai system kristal, sehingga bagian belakang dari mineral nampak jelas terlihat apabila dipandang dari bagian depan mineral (trasparan).
Bentuk mineral dapat dikatakan kristalin, bila mineral tersebut mempunyai bidang kristal yang jelas dan disebut amorf, bila tidak mempunyai batasbatas kristal yang jelas. Mineral-mineral di alam jarang dijumpai dalam bentuk kristalin atau amorf yang ideal, karena kondisi pertumbuhannya yang biasanya terganggu oleh proses-proses yang lain. Srtruktur mineral dapat dibagi menjadi beberapa, yaitu:
(a)     Granular atau butiran: terdiri atas butiran-butiran mineral yang mempunyai   dimensi sama, isometrik.
(b)     Struktur kolom, biasanya terdiri dari prisma yang panjang dan bentuknya ramping. Bila prisma tersebut memanjang dan halus, dikatakan mempunyai struktur  brus atau berserat.
(c)     Struktur lembaran atau lamelar, mempunyai kenampakan seperti lembaran. Struktur ini dibedakan menjadi: tabular, konsentris, dan foliasi.
(d)     Struktur imitasi, bila mineral menyerupai bentuk benda lain,   seperti asikular, liformis,membilah.
Sifat dalam merupakan reaksi mineral terhadap gaya yang mengenainya, seperti penekanan, pemotongan, pembengkokan, pematahan, pemukulan atau penghancuran. Sifat dalam dapat dibagi menjadi: rapuh (brittle), dapat diiris (sectile), dapat dipintal (ductile), dapat ditempa (malleable), kenyal/lentur (elastic), dan  eksibel (exible).


3.3Proses Pembentukan Mineral
Proses pembentukan mineral-mineral baik yang memiliki nilai ekonomis, maupun yang tidak bernilai ekonomis sangat perlu diketahui dan dipelajari mengenai proses pembentukan, keterdapatan serta pemanfaatan dari mineral-mineral tersebut. Mineral yang bersifat ekonomis dapat diketahui bagaimana keberadaannya dan keterdapatannya dengan memperhatikan asosiasi mineralnya yang biasanya tidak bernilai ekonomis. Dari beberapa proses eksplorasi, penyelidikan, pencarian endapan mineral, dapat diketahui bahwa keberadaan suatu mineral tidak terlepas dari beberapa faktor yang sangat berpengaruh, antara lain banyaknya dan distribusi unsur-unsur kimia, aspek biologis dan fisika.
Secara umum, proses pembentukan mineral, baik jenis logam maupun non-logam dapat terbentuk karena proses mineralisasi yang diakibatkan oleh aktivitas magma, dan mineral ekonomis selain karena aktivitas magma, juga dapat dihasilkan dari proses alterasi, yaitu mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada karena suatu faktor. Pada proses pembentukan mineral baik secara mineralisasi dan alterasi tidak terlepas dari faktor-faktor tertentu yang selanjutnya akan dibahas lebih detail untuk setiap jenis pembentukan mineral.
Adapun menurut M. Bateman, maka proses pembentukan mineral dapat dibagi atas beberapa proses yang menghasilkan jenis mineral tertentu, baik yang bernilai ekonomis maupun mineral yang hanya bersifat sebagai gangue mineral.
1. Proses Magmatis
            Proses ini sebagian besar berasal dari magma primer yang bersifat ultra basa, lalu mengalami pendinginan dan pembekuan membentuk mineral-mineral silikat dan bijih. Pada temperatur tinggi (>600˚C) stadium liquido magmatis mulai membentuk mineral-mineral, baik logam maupun non-logam. Asosiasi mineral yang terbentuk sesuai dengan temperatur pendinginan saat itu. Proses magmatis ini dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu :
1.      Early magmatis, yang terbagi atas:
¨      Disseminated, contohnya Intan

¨      Segregasi, contohnya Crhomite
¨      Injeksi, Contohnya Kiruna

2.      Late magmatis, yang terbagi atas:
¨      Residual liquid segregation, contohnya magmatis Taberg
¨      Residual liquid injection, contohnya magmatis Adirondack
¨      Immiscible liquid segregation, contohnya sulfide Insizwa
¨      Immiscible liquid injection, contohnya Vlackfontein

2. Proses Pegmatisme
            Setelah proses pembentukan magmatis, larutan sisa magma (larutan pegmatisme) yang terdiri dari cairan dan gas. Stadium endapan ini berkisar antara 600˚C sampai 450˚C berupa larutan magma sisa. Asosiasi batuan umumnya Granit.

3. Proses Pneumatolisis
            Setelah temperatur mulai turun, antara 550-450˚C, akumulasi gas mulai membentuk jebakan pneumatolisis dan tinggal larutan sisa magma makin encer. Unsur volatile akan bergerak menerobos batuan beku yang telah ada dan batuan samping disekitarnya, kemudian akan membentuk mineral baik karena proses sublimasi maupun karena reaksi unsur volatile tersebut dengan batuan-batuan yang diterobosnya sehingga terbentuk endapan mineral yang disebut mineralpneumatolitis.

4. Proses Hydrotermal
            Merupakan proses pembentuk mineral yang terjadi oleh pengaruh temperatur dan tekanan yang sangat rendah, dan larutan magma yang terbentuk sebelumnya. Secara garis besar, endapan mineral hydrothermal dapat dibagi atas :

1.            Endapan hipotermal, ciri-cirinya adalah :
-          Tekanan dan temperatur pembekuan relatif tinggi.
-          Endapan berupa urat-urat dan korok yang berasosiasi dengan intrusi dengan kedalaman yang besar.
-          Asosiasi mineral berupa sulfides, misalnya Pyrite, Calcopyrite, Galena dan Spalerite serta oksida besi.
-          Pada intrusi Granit sering berupa endapan logam Au, Pb, Sn, W dan Z.
2.      Endapan mesotermal, yang ciri-cirinya :
-          Tekanan dan temperatur yang berpengaruh lebih rendah daripada endapan hipotermal.
-          Endapannya berasosiasi dengan batuan beku asam-basa dan dekat dengan permukaan bumi.
-          Tekstur akibat “cavity filling” jelas terlihat, sekalipun sering mengalami proses penggantian antara lain berupa “crustification” dan “banding”.
-          Asosiasi mineralnya berupa sulfide, misalnya Au, Cu, Ag, Sb dan Oksida Sn.
-          Proses pengayaan sering terjadi.
3.      Endapan epitermal, ciri-cirinya sebagai berikut :
-          Tekanan dan temperatur yang berpengaruh paling rendah.
-          Tekstur penggantian tidak luas (jarang terjadi).
-          Endapan bisa dekat atau pada permukaan bumi.
-          Kebanyakan teksturnya berlapis atau berupa (fissure-vein).
-          Struktur khas yang sering terjadi adalah “cockade structure”.
-          Asosiasi mineral logamnya berupa Au dan Ag dengan mineral “gangue”-nya berupa Kalsite dan Zeolit disamping Kuarsa.

             Adapun bentuk-bentuk endapan mineral dapat dijumpai sebagai proses endapan hidrotermal adalah sebagai Cavity fillingCavity filling adalah proses mineralisasi berupa pengisian ruang-ruang bukaan (rongga) dalam batuan yang terdiri atas mineral-mineral yang diendapkan dari larutan pada  bukaan-bukaan batuan, yang berupa Fissure-vein, Shear-zone deposits, Stockworks, Ladder-vein, Saddle-reefs, Tension crack filling, Brecia filling (vulkanik, tektonik dan collapse),Solution cavity filling (caves dan Channels), Gash-vein, Pore-space filling, Vessiculer fillings.

5. Proses Replacement (Metasomatic replacement)
            Adalah prsoses dalam pembentukan endapan-endapan mineral epigenetic yang didominasi oleh pembentukan endapan-endapan hipotermal, mesotermal dan sangat penting dalam grup epitermal. Mineral-mineral bijih pada endapan metasomatic kontak telah dibentuk oleh proses ini, dimana proses ini dikontrol oleh pengayaan unsur-unsur sulfide dan dominasi pada formasi unsur-unsur endapan mineral lainnya. Replacement diartikan sebagai proses dari larutan yang sangat penting berupa pelarutan kapiler dan pengendapan yang terjadi secara serentak dimana terjadi penggantian suatu mineral atau lebih menjadi mineral-mineral baru yang lain. Atau dapat juga diartikan bahwa penggantian mineral membutuhkan ion yang tidak mempunyai ion secara umum dengan zat kimia yang digantikan. Penggantian mineral yang dibawa dalam larutan dan zat kimia yang dibawa keluar oleh larutan dan merupakan kontak terbuka yang terbagi atas : Massive, Lode fissure, dan Disseminated.


6. Proses Sedimenter
Terbagi atas endapan besi, mangan, phosphate, nikel dan lain sebagainya.

7. Proses Evaporasi
Terdiri dari evaporasi laut, danau dan air tanah.

8. Konsentrasi Residu dan Mekanik
Terdiri atas :
¨      Konsentrasi Residu berupa endapan residu mangan, besi, bauxite dan lain-lain.
¨      Konsentrasi Mekanik (endapan placer), berupa sungai, pantai, alluvial dan eolian.

9. Supergen enrichment

10. Metamorfisme
Terbagi atas endapan endapan termetamorfiskan dan endapan metamorfisme.













BAB IV
Kesimpulan dan Saran

4.1 Kesimpulan
Dengan mempelajari tentang Kristal dan Mineral dapat saya ambil kesimpulan bahwa betapa pentingnya untuk dapat mengenal, mengetahui dan menguasai ilmu tentang kristal dalam studi Geologi. Karena kristal sendiri adalah merupakan salah satu dasar yang paling penting dalam ilmu Geologi itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan oleh kristal menjadi salah satu dasar untuk mempelajari ilmu tentang mineral yang akan dipelajari pada tahap selanjutnya. Jika tidak menguasai dan mengenal tentang kristal, akan sangat sulit untuk selanjutnya memahami Mineralogi, dan mineral itu sendiri adalah pembentuk batuan, sedangkan batuan itu adalah inti dari Geologi. Hal ini juga menyebabkan Kristal dan Mineralogi menjadi syarat untuk dapat melanjutkan studi pada mata kuliah Petrologi yang akan dipelajari selanjutnya.
4.2 Saran
Selama mempelajari Kristal dan Mineralogi, telah banyak yang dapat kita pelajari. Baik dalam hal ilmu tentang kristal mineral itu sendiri pada khususnya serta tentang aplikasi dan manfaatnya dalam bidang Geologi dan juga dikehidupan sehari-hari. Sebaiknya diperlukan perhatian dan konsentrasi penuh di saat dosen sedang menjelaskan agar kita bisa mengerti dan memahami apa itu kristal dan mineral.







Daftar Pustaka

Christian, Jhemmy. 2013. Proses Pembentukan Mineral.
Hertanto, Boby H.2012. Kristalografi (Sistem Kristal).
Rizkan, M. 2012. Laporan Hasil Praktek Lep Kristallografi.
http://rizkanduniaku.blogspot.com/2012/01/pemimpin.html. Diakses pada tanggal 8 September 2014.
Putra, Ekky. 2009. Pengertian Kristal.
Saragih, Sylvester. Laporan akhir kristalografi dan mineralogi.
Yahya, Fahmi. 2011. Laporan Praktikum Kristalografi & Mineralogi.

1 komentar:

  1. Classic Stainless Steel Knives | TITanium Arts
    Traditional Chinese titanium fishing pliers knives, traditional Chinese blades and microtouch titanium trim as seen on tv traditional Mongolian blades. These blades will look titanium hammer and feel exactly titanium watch band the same as traditional American snow peak titanium flask

    BalasHapus